Kamis, 29 September 2011

MY FIRST LOVE -episode 1 (An New Live) -


Jun Hellen, seorang gadis berumur 21 tahun yang hidup sebagai seorang yatim piatu sejak Ia berumur belum genap 1 tahun. Dia di asuh di panti asuhan di daerah New York. Jun Hellen sebenarnya bukan nama aslinya. Karena waktu Jun di titipkan di panti asuhan, Dia belum di beri nama oleh orang tuanya. Jun bekerja sebagai seorang pengantar koran. Setiap hari atau pagi hari tepatnya dia bekerja mengantarkan koran dan mendapatkan uang.

            Suatu pagi, Jun sedang bersiap-siap untuk bekerja. “Pagi..” Sapa Jun dengan ceria. “Pagi Jun. Kau mau pergi kerja?.” Tanya Ibu Hester, Bibi pengasuh. “Ya Bi, Aku berangkat dulu.” Jawab Jun. Jun segera menuju tempat kerjanya untuk kemudian mengatar koran. Dia sangat menikmati penikmati pekerjaanya itu.

            Setelah Jun usai dengan pekerjaannya dan mendapatkan uang. Dia menuju sebuah Minimarket. Dia mencari bahan untuk membuat grill chicken. Saat hendak membayar, Jun tanpa sengaja menabrak seorang pria yang saat itu juga sedang membeli. “Ahh….” Kata Jun sambil terjatuh. Barang dagangannya berserakan di lantai. Pria yang juga bertabrakannya dengannya berkata “Maafkan aku.. Apa kau tidak apa-apa?.” Tanya si pria itu. “Aku tidak apa-apa. Tidak apa-apa, maafkan aku juga.” Jawab Jun. Pria itu melihat belanjaan Jun yang berantakan. “ Sebagai gantinya, Aku akan membayar semua belanjaanmu.” Ucap si pria itu dengan rasa tanggung jawab. Tetapi Jun menolak tanggung jawab pria itu. “Ahh tidak usah, Kau tidak salah apa-apa. Aku tidak apa-apa sungguh”. “…Hemm.. Baiklah, tapi maafkan aku.” “Tidak apa-apa.” Jawab Jun. Jun segera membayar lalu pulang.



            Sesampainya di rumah. Jun masuk ke kamarnya. Dia masih teringat akan kejadian di Minimaket tadi. “ Apa yang ku pikirkan? Aku tidak boleh memikirkan hal seperti itu. Ayolah Jun… .” Kata Jun untuk mengingatkan dirinya. Beberapa menit kemudian, datang Christine, teman dekat Jun selama di panti asuhan. “ Jun?.” Panggil Christine kepada jun. “ Christine?. Masuklah.” Jawab Jun. Christine masuk dan duduk di samping jun, dan sepertinya ingin meminta sesuatu. “ Emm Jun. Aku rasa kita sudah punya tanggung jawab sekarang. Dan aku rasa kita harus punya penginapan sendiri, kita tidak boleh teru-terus merepotkan Bibi Hester dan yang lain. Kita sudah merepotkan mereka selama lebih dari 21 tahun.” Kata Christine sebagai keluhan sekaligus permintaannya. “Emm, Kamu benar Christine. Aku ada tabungan. Kita bisa sewa penginapan kecil.” Usul Jun yang keliatannya setuju dengan permintaan Christine. “Tidak apa-apa. Aku juga punya simpanan uang.” Ucap Christine. “ Baiklah, sekarang kita harus minta ijin dengan Bibi Hester. Ayo.” Akhirnya mereka sepakat untuk pindah dari panti asuhan. Mereka pun mengatakannya kepada Bibi Hester. “Sebenarnya tidak apa-apa kalian disini. Kami tidak merasa kerepotan kok.” “Bukan begitu bi. Kami hanya ingin mandiri saja.”Kata Jun sebagai alasan. “Ya, dan kami ingin merasakan kehidupan yang  berbeda. Lagipula kami akan sering mengunjungi panti asuhan ini.” Kata Christine sebagai alasan tambahan. “Hmph.. Baiklah, Bibi memperbolehkan. Sekarang pergi ke ruang Administrasi, lalu isi perintahnya. Lalu kalian boleh berkemas dan keluar dari panti asuhan ini.” Kata Bibi Hester.

Jun dan Christine segera menuju ruang Administrasi. Mereka segera mengisi perintah yang harus mereka isi agar mereka keluar dari panti asuhan. Beberapa menit kemudian, Mereka segera berkemas. “ Aku siap untuk meninggalkan panti asuhan ini.” Ucap Jun. “ Sudahlah. Ayo kita berpamitan.” Kata Christine setelah selesai berkemas. Mereka segera menuju gerbang. “Terima kasih semuanya. Kalian sudah menjagaku dari Aku kecil sampai sekarang.” Kata Jun mengatakan selamat tinggal.



Semua yang ada di Panti asuhan menangis dan berpisah dengan Jun dan Christine. Jun dan Christine akhirnya pergi. Mereka mencari tempat penginapan yang harganya terjangkau. Tidak lama akgirnya mereka menemukannya. Mereka segera mencari pemilik dan menyewa kamar. Akhirna mereka dapat penginapan. “Akhirnya kita dapat penginapan.” Kata Christine. “ Maaf ya penginapannya kecil.” Tanya Jun. ‘Ahh jangan seperti itu. Ayo kita cari makan untuk makan malam nanti.” Ajak Christine. “Baiklah. Ayo.. .” Jawab Jun. Mereka segera keluar untuk mencari makanan untuk makan malam. Mereka pergi ke Minimarket yang lumayan jauh.

Sesampainya.. Mereka segera mencari bahan-bahan. Di waktu yang sama juga. Pria yang menabrak Jun di Minimarket pagi tadi datang. “..Emm?. Kakak?.” Ucap Jun yang kaget bertemu pria itu lagi. “Hemph?. Kita bertemu lagi?.” Jawab Pria itu dengan tersenyum. “Sedang apa kakak disini?” Tanya Jun. “ Hey, Aku punya nama. Namaku Steve Olidary. Panggil Aku Steve. Aku rasa kita sepantar.” Kata Steve. “Baiklah Steve...” Sedang mengobrolnya mereka. Datang Christine. “ Hey Jun. Siapa dia?” Tanya Christine. “Ini Steve. Dia adalah orang yang bertabrakan denganku tadi pagi di Minimarket depan panti asuhan.” Jawab Jun. “ Jadi ini temanmu??” Tanya Steve. “Ya Kak. Aku Christine.” Jawab Christine dengan memperkenalkan namanya. “ Baiklah. Cepat bayar, akan ku traktir kalian. Cepat.” Perintah Steve. “Apa?. Emm Baiklah..” Jawab Jun. Jun dan Christine segera membeli bahan makanan.

Setelah itu. Mereka pergi ke sebuah restaurant. Mereka segera memesan makanan. “..Kau seharusnya tidak mentraktir kami. Kita baru kenal tidak ada sehari.” Kata Jun dengan rasa tidak enak karena ditraktir. “Hmph.. Tidak apa-apa. Aku bisa melihat kalau kalian adalah orang-orang yang baik.” Ucap Steve. “ Kakak bisa saja.” Sambung Christine. “ Oh ya. Ngomong, dimana kalian tinggal?” Tanya Steve.



        “Kami tinggal di sebuah penginapan.” Jawab Jun. Mereka saling mengobrol sambil makan.
            Seusai mereka makan siang. “Terima kasih ya Steve. Kau sudah mentraktir kami.” Ucap Jun sebagai rasa terima kasihnya. “Tidak apa-apa. Ayo naik mobilku.” Ajak Steve. “Kemana?” Tanya Jun. “Aku antar kalian pulang. Aku tidak tega melihat kalian pulang sendiri.” Jawab Steve. “Tidak apa-apa. Kami bisa pulang sendiri.” Kata Jun menolak ajakan Steve. “Ayolah. Jangan buat aku sedih.” Kata Steve. “..Hmph, baiklah. Ayo Christine.” Kata Jun menerima ajakan Steve. Akhirnya Steve mengantar Jun dan Christine pulang.

            Sesampainya di penginapan Jun dan Christine. “ Terima kasih sudah mengantar kami.” Ucap Jun. “Sama-sama. Aku ada urusan di kantorku. Baiklah. Aku harus pergi..” Kata Steve. Jun dan Christine masuk ke dalam setelah Steve pergi. Malam harinya.. Jun dan Christine masak untuk makan malam mereka. Tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu. “ Siapa itu Jun?” Tanya Christine. “Entah. Akan ku buka.” Jawab Jun sambil berjalan membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah Steve. “Hai..” Sapa Steve. “Steve? Ada apa kau kesini.” Tanya Jun. “Aku hanya berkunjung. Apa Aku boleh masuk?” Tanya Steve. “Oh..Tentu boleh. Masuklah.” Jawab Jun. Steve pun masuk ke dalam. Mereka mengobrol tentang sesuatu. Tidak lama, Steve pun pulang.

            Keesokan harinya. Jun pergi keluar tanpa Christine. Dia ingin mencoba untuk melamar kerja. Semua perusahaan dia coba tetapi tidak ada yang menerimanya. Dia terus mencoba hingga tengah hari. Ia memutuskan untuk makan di sebuah restaurant. Saat dia sedang makan. Ponselnya berbunyi. “ Halo?” Jawab Jun melalui ponselnya. “Hai Jun. Ini Aku Steve.” Sapa Steve. “Steve? Dari mana kau dapat nomor ponselku?” Tanya Jun. “Christine memberitahuku. Kau dimana sekarang?” Tanya Steve. “Aku di restaurant red Flowers.” Jawab Jun. “Baiklah. Jangan kemana-mana, Aku segera kesana.” Kata Steve yang akan menghampiri Jun.



            30 menit kemudian. Steve sampai di restaurant red flowers. “Hai..” Sapa Steve. “Hai Steve.” Sapa balik Jun. “Apa yang kau lakukan. Christine bilang Kau sudah sepanjang hari di luar?” Tanya Steve. “Aku sedang mencari kerja. Tetapi tidak ada perusahaan yang cocok dengan bakatku.” Jawab Jun mengeluh. “Memang apa bakatmu?” Tanya Steve. “Lihatlah..Ini dia.” Jawab Jun sambil menunjukkan sebuah lukisan kepada Steve. Steve terpukau melihatnya. “Wow, bagus sekali. Bakatmu adalah seniman?”  Tanya Steve. “Ya, 21 tahun aku belajar melukis.” Jawab Jun. “ Aku ada tawaran denganmu. Bagaimana kalau kau bekerja di Perusahaan milik Ayahku?” Tanya Steve. “Benarkah?” Jawab dan tanya Jun. “Perusahaan kami membutuhkan seorang seniman untuk bagian pameran. Kurasa Kau bisa.” Jawab Steve. “Benarkah?” Tanya Jun lagi dengan perasaan senang. “Kalau Kau tidak percaya, ikut Aku.” Ajak Steve. Mereka segera menuju perusahaan Ayah Steve.

            Sesampainya di Perusahaan. Steve segera membawa Jun ke ruangan Ayahnya. “Ayah..” Sapa Steve. “Emm..? Ada apa Steve? Dan siapa wanita ini?” Tanya Ayah Steve kebingungan. “Dia temanku Jun. Aku punya usul bagaimana kalau kita menerima Dia bekerja di perusahaan kita? Lihatlah lukisan ini.” Usul Steve sambil memperlihatkan lukisan Jun. Ayah Steve sepertinya terkagum dengan lukisan Jun. “Apa Kau sangat berbakat dalam hal melukis seperti ini?” Tanya Presdire Joe, Ayah Steve. “Aku hanya belajar selama 11 tahun di panti asuhan. Cita-citaku adalah sebagai seorang Pemimpin tim lukis di perusahaan apapun.” Kata Jun sebagai pernyataan. Presdire Joe berfikir dan akhirnya membuat keputusan. “Baiklah, Aku hanya butuh wawancara darimu esok hari. Dan Kau harus mengisi surat lamaran kerjanya sekarang. Steve, tolong antar dia.” Perintah Presdire Joe. Steve segera mengantar Jun ke tempat formulir lamaran.

            Beberapa hari kemudian, akhirnya Jun di terima kerja di Perusahaan Art Painting sebagai Art desingner. Dia pun segera memulai hari pertamanya bekerja. Jun masuk ke ruangannya yang didalamnya terdapat banyak orang.


13
“Selamat pagi..” Sapa Jun. “Pagi. Kau baru disini?” Tanya seorang wanita dengan wajah yang judes. “Ya, namaku Jun Hellen, panggil saja Jun. Mohon bantuannya.” Jawab Jun sambil memperkenalkan dirinya. “Baiklah, Aku Cornellia sebagai Pemimpin tim Art ini. Dan ini Selly, Dia sebagai pengatur desain Art, Ini pak Wilter, sebagai pemimpin rapat tim Art sekaligus pemasaran, Dan ini Teo, sebagai yang mengambil kesimpulan sebelum di kirim ke Pameran. Kau disini sebagai seorang... Art Desingner. Tugasmu adalah menggambar sebuah lukisan sesuai dengan temanya.” Kata Cornellia yang menjelaskan. “ Baiklah..” Jawab Jun. Ia lalu duduk dan mengerjakan tugasnya yang diberikan oleh Cornellia.

            Malam hari kemudian. Jun selesai dengan kerjaannya dan memutuskan untuk pulang. Dia pulang dengan jalan kaki. Tidak lama Ia menemukan seorang Ibu yang terlihat lemas. “Ha..Bibi.. Bibi..” Ucap Jun memanggil Bibi tersebut dengan khawatir. Tidak ada seorang pun yang menolongnya.

            Tidak  lama datang seorang laki-laki. “Ibu!..” Teriak pria itu yang sepertinya Anaknya. “Apa yang kau lakukan dengan Ibuku!?” Tanya Pria itu dengan marah. “Aku tidak tau. Aku melihatnya sudah seperti ini!” Jawab Jun dengan kesal karena Dia disalahkan tanpa sebab. “Baiklah..Urgh..Aku tidak tau siapa Kau. Tapi maafkan aku sudah memarahimu.” Kata Pria itu meminta maaf. “Tidak apa-apa. Aku ikut mengantar Ibu ini kerumah kalian.” Usul Jun. “Benarkah? Baiklah. Ayo.” Pria itu menerima Jun untuk ikut ke rumahnya.

            “Ngomong-ngomong, kakak ini siapa?” Tanya Jun. “Namaku Gray. Kau?” Tanya balik Gray. “Namaku Jun. Oh ya. Di New York. Malam hari terasa seperti siang hari. Orang-orang keluar untuk urusan. Dan sepertinya mereka malam hari.” Kata Jun bercerita.



“Tidak juga. Keluarga kami adalah keluarga yang miskin. Ibuku mempunyai penyakit Kanker hati. Kami tidak punya uang untuk mengobatinya. Setiap hari Aku hanya seperti orang yang tidak berguna. Aku berusaha mencari pekerjaan tetapi tidak ada yang menerima. Kakakku adalah seorang guru, tetapi Dia hanya menjadi seorang guru kursus. Ayahku usaha kecil-kecilan. Kami seperti tidak berguna sama sekali.” Curhat Gray kepada Jun. Jun terlihat meneteskan air mata mendengar cerita Gray. “Hey. Kenapa kau menangis?” Tanya Gray. “Hiks.. Tidak apa-apa. Kau seharusnya bersyukur mempunyai keluarga yang utuh.” Ucap Jun. “Maksudmu?” Tanya Gray. “..Aku di titipkan di Panti asuhan saat umurku belum genap setahun. Entah orang tuaku sudah meninggal atau belum. Mereka sama sekali tidak mencariku. Aku hidup sebatang kara. Hanya satu temanku yang sangat mengerti Aku di panti asuhan.” Curhat Jun. “...Maafkan Aku. Aku tidak tau kalau Kau seperti ini. Pulanglah. Aku tidak mau membuatmu sedih Jun.” Ucap Gray. “Hiks.. Tidak apa-apa. Jam berapa ini. Aku harus pulang. Sampai jumpa.” Kata Jun. Mereka pun berpisah.



                                                BERSAMBUNG KE ‘MY FIRST LOVE’ EPISODE 2